Kolonel M. Effendi Ritonga Wali Kota Madya KDH Tk.II Banjarmasin Periode 1984-1989

  
Brigjen TNI (Purn) M. Effendi Ritonga merupakan nara sumber utama buku Sang Patriot, yang membuka lembar kehidupan Pierre Tendean selama menempuh pendidikan militer di Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD), tahun 1958-1962.

Mereka bersama-sama merasakan masa perploncoan yang paling seram sepanjang sejarah Bumi Panorama di akhir November 1958. Mereka berbagi kamar tidur yang sama ditingkat dua saat menyandang pangkat sersan taruna. Bahkan, pada waktu kenaikan ke tingkat 3 tahun 1961, Ser Ma Tar Effendi Ritonga dan Ser Ma Tar Pierre Tendean bersaing head to head untuk dipromosikan Direktur Atekad menjadi Komandan Resimen Korps Taruna. Akhirnya Ser Ma Tar Effendi yang menjadi Komandan Resimen Korps Taruna, sementara Pierre ditunjuk sebagai Komandan Batalyon Korps Taruna Remaja yang membina adik-adik taruna tingkat satu.

Saat pesiar pada suatu waktu di tahun 1960, Ser Tar Effendi Ritonga berjalan kaki berdua Ser Tar Pierre menuruni Jalan Ciumbuleuit Bandung. Sepanjang jalan Pierre bercerita bahwa keluarganya adalah satu-satunya keluarga campuran yang selamat dari gilasan Revolusi Sosial pasca perang kemerdekaan di Magelang dan Semarang. Saat itu keluarga-keluarga "Indo" ditangkap-tangkapi karena kuat afiliasinya dengan Belanda/Sekutu, tetapi keluarga Tendean disegani masyarakat karena sumbangsihnya yang berarti dalam membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Brigjen Effendi Ritonga mencatat bahwa Pierre pria yang ganteng dan banyak diminati kaum perempuan. Dari Pierre sendiri, Effendi mendengar kisah ada 5 gadis SMA negeri di Dago Bandung yang sedang memperebutkan perhatian Pierre kala itu. Namun Pierre hanya mengganggap mereka semua teman biasa dan lebih mengutamakan pendidikannya.

Masih jelas di ingatan Effendi, jawaban Pierre yang tegas dan tajam saat membalas olokan 'Bule, Londo, atau Indo' dari rekan-rekan sesama taruna.
Seruan yang mengukuhkan nasionalismenya. "Jangan macam-macam kamu. Rasa kebangsaan aku mungkin lebih tebal dari pada kamu yang mengaku pribumi," tukas Pierre.

Effendi dan Pierre juga pernah bersama sama mengikuti kursus dansa di sekolah dansa Napit Dancing School yang terletak di Jalan Stasiun Timur di seberang Stasiun Kereta Api Bandung. Mereka mempelajari dansa Waltz Cha-cha, Rumba, Quick Step, dan Javelin (Rock n Roll) di sana selama 4 bulan, yaitu bulan Mei -Agustus 1959. Oleh sebab pada saat itu belum ada satupun di antara mereka yang mempunyai kekasih, partner dansa mereka adalah para asisten sekolah dansa yang dimiliki seorang Batak bermarga Napitupulu tersebut.

Brigjen Effendi Ritonga di kemudian hari pernah menjabat sebagai walikota Banjarmasin dari tahun 1984-1989. (Redaksi FB)

Berikut adalah foto - foto beliau sebagai Sersan Taruna dan sebagai Walikota Banjarmasin